Andreas: Petinggi Dell Terjun di ‘Bisnis Bola’
Andreas: Petinggi Dell Terjun di 'Bisnis Bola'
Meski menjabat sebagai Managing Director Dell untuk kawasan Asia Selatan, Andreas Diantoro yang bertanggung jawab atas kinerja di 23 negara itu ternyata tidak melupakan hobinya, bermain basket. Pria yang meraih gelar S2 di Western Illinois University itu juga sukses mengembangkan bisnis lapangan futsal dan basket.
Awalnya, Andreas bercita-cita menjadi atlet basket. Namun karena ditentang oleh orangtuanya, Andreas 'mengalah' dan memutuskan untuk berkuliah di Iowa Universty, jurusan bisnis pemasaran pada 1987. Selanjutnya, ia meneruskan kuliah di Western Illinois University, jurusan manajemen dan keuangan. Tahun 1993, Andreas pulang ke Indonesia dan berkerja sebagai tim marketing di Panin life Insurance. Saat itu ia hanya digaji Rp 750 ribu per bulan. "Bayangkan, seorang master digaji sebesar itu. Wah benar-benar pengalaman yang cukup bermakna. Ternyata mencari kerja sulit sekali kalau tak pakai koneksi. Uang segitu mana cukup buat beli sepatu basket," canda Andreas.
Selang sebulan, Andreas lalu bekerja di Singapore Airline sebagai trainer yang melatih tentang service excellent dan training group. Tahun 1994-2005, ia masuk ke HP Singapore dan menjadi Corporate Account Representatif. Baginya HP banyak memberikan pembelajaran untuk menjadi eksekutif yang handal. Tahun 2005, Andreas hinggap di Dell dan langsung didapuk menjadi Managing Director yang membawahi lebih kurang 23 negara. Ia bertanggung jawab penuh bisnis Dell mulai dari sisi SDM, keuangan dan kinerja penjualan. Makanya, setiap minggu sekali atau dua kali ia terbang dari satu negara ke negara lain.
Tak puas hanya sebagai penonton dan menggantungkan cita-cita sebagai atlet, tahun 2009 Andreas berinisiatif membangun bisnis dibidang olahraga. Bersama rekannya, Vivin C. Sungkono, mantan atlet basket nasional, dan satu lagi temannya dari Singapura, Andreas mendirikan sebuah tempat olahraga dijalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan dengan nama Vidi Arena, Hanggar Teras MBAU.
Di atas tanah seluas 2300 meter persegi, Andears membangun 2 lapangan futsal dan 1 lapangan basket. Di belakang gedung utama tersebut terdapat pula lapangan bulutangkis. Dulunya lahan tersebut adalah tanah kebun dan kini disulap menjadi tempat olahraga. "Pasti ada lah…itung-itungan bisnisnya. Saya juga tidak mau berbisbis tapi tak ada hasil," katanya.
Menurut Andreas membangun sebuah bisnis yang didasari dari hobi dan kecintaan akan lebih banyak membawa kekuatan dalam membangun bisnis tersebut. Dari sisi olahraga Andreas tahu betul, apalagi dari sisi bisnis dan operasional, ia jagonya.
Membuka bisnis sarana olahraga seperti futsal dan basket sangat menjanjikan. Futsal sekarang menjadi olahraga primadona dan menjangkiti segala kalangan. Basket adalah olahraga yang kini bercampur dengan entertaiment dan gaya hidup. Kedua jenis olahraga ini jika dikelola dengan baik dalam sebuah kerangka bisnis maka akan menghasilkan sesuatu yang besar pula.
Vidi Arena resmi dibuka pada Oktober 2010. Operasionalisasi sepenuhnya dijalakan oleh managemen yang berjumlah 10 karyawan. Andreas tak banyak campur tangan soal operasional. Ia sudah mempercayakan semuanya ke manajemen. Tapi tak jarang, Andreas sering melakukan pengecekan pembukuan dan juga soal kebersihan sarana pendukung. Investasi pembangunan Vidi Arena tak lebih dari Rp 10 miliar. Sayang, Andreas enggan menyebutkan berapa kepemilikan saham pribadinya di Vidi Arena. Namun yang pasti, ia yakin break event point (BEP) akan berlangsung dalam kurun waktu cepat karena melihat padatnya penyewaan lapangan setiap hari.
Dana investasi paling banyak diperuntukkan untuk pembangunan gedung dan penggunaan material bangunan. Vidi Arena menggunakan material berkualitas tinggi untuk lapangan futsal dan basket. Semuanya dipelajari secara detail dan harus sempurna. Termasuk fasilitas penunjang seperti kantin, parkir yang luas, tempat bilas (shower) yang baik dan kapasitas gedung yang besar.
Keunggulan Vidi Arena bisa dilihat dari material yang digunakan untuk pembangunan gedung, lantai lapangan hingga sarana sanitasi. Selain itu, lokasi Vidi Arena sangat strategis karena ihimpit gedung perkantoran sehingga mayoritas anggota Vidi Arena adalah para pekerja kantoran.
Keinginan Andreas untuk membangun bisnis olahraga tak berhenti sampai disitu saja. Ia berkeinginan untuk bisa membangun bisnis sejenis dengan nama yang sama disejumlah daerah baik di Jakarta ataupun diluar Jakarta. Namun saat ini ia ingin menikmati dan melihat dulu perkembangan Vidi Arena karena berdirinya belum setahun. Jadi membutuhkan pengawasan dan bimbingan untuk membesarkan bisnis tersebut.
Saat ini Andreas dan bersama investor juga sedang membangun bisnis memproduksi lantai lapangan bola basket. Lantai basket (sports tile) ini berfungsi sebagai alternatif lantai kayu yang mahal dan sulit perawatan. Mempunyai fitur pencegahan cedera lutut dan tumit jika dibandingkan lantai semen ataupun dari ubin. Kontribusi Andreas untuk dunia olahraga khususnya basket bukan hanya sekedar membangun sarana olahraga. Andreas juga aktif sebagai donatur bersama Dell yang menjadi sponsor utama untuk tim Dell Aspac. (Acha)