Industri Pertambangan Hadapi ‘Kelangkaan’ SDM
Industri Pertambangan Hadapi 'Kelangkaan' SDM
Karena tingginya potensi keuntungan di industri pertambangan, banyak perusahan yang menggenjot produksi mereka. Tak ayal, pelebaran sayap ini pun 'memaksa' setiap perusahaan menambah sumber daya manusia (SDM). Akibatnya tentu, industri ini dihadapi kelangkaan SDM yang menyebabkan tren 'membajak' pegawai.
Pernyataan tersebut diungkapkanChief Operational Officer PT Trakindo Utama, Ali R Habsyi. Pria yang menghabiskan masa remajanya di Inggris ini sangat mafhum dengan kegiatan operasional di industri pertambangan. Menurut pria kelahiran Jakarta, 5 November 1964 ini, tanggung jawabnya meliputi penyediaan product support dan operasional perusahaan pertambangan untuk perusahaan besar seperti Freeport dan Newmon. Ali menyebutkan, sekitar 40% dari total 6 ribu karyawan Trakindo yang mengedepankan strartegi value propositionuntuk semua pelanggannya berada di liniservices (serviceman).
Menjadi tantangan buat Trakindo ketika menemui kendala dalam pengelolaan SDM ini. Pasalnya, lebih dari 14% dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, perusahaan kehilangan serviceman meski setiap tahun mengeluarkan US$ 15 juta untuk rekrut dan pengembangan SDM. Maklum, industri ini masih menjadi salah satu peluang bisnis yang sangat besar potensinya untuk berkembang.
"Masalah kami saat ini dalam hal tingginya permintaan serviceman. Dengan mudah competitor dan pelanggan 'membajak'serviceman kami setelah siap pakai. Hal ini sering terjadi karena kompensasi dan benefit serviceman tidak kompetitif. Belum lagi sistem manajemen yang masih belum memadai dan jenjang karir serta pengembangan SDM belumlah transparan,"t erang alumnus Hull University bidang Ekonomi, Politik dan Sosiologi ini.
Untuk itu ia menawarkan solusi melalui proses Talent Management yang berkaitan dengan 'define', discover, develop and deploy. Inisiatif rencana strategis bisa dilakukan melalui Performance Management yang meliputi assessment and reward, aturan main dari definisi bisnis sendiri diantaranya janalisis pekerjaan dan evaluasi pekerjaan, meninjau key performance indicator (KPI), konsisten mengimplementasikan proses performance management and development (PMD) serta proses services SDM.
Menurut Ali, Trakindo saat ini berada di posisi kedua setelah United Tractor yang menguasai 45% pasar alat berat pada 2008. Sedangkan Trakindo berkisar pada angka 25%. "Kami berdua (UT dan Trakindo) selalu berkejaran," tutur mantan Field Operations Manager PT Cigna Indonesia ini. Industri pertambangan terhitung sejak 2003 sampai dengan sekarang masih cukup cerah, khususnya batubara yang ikut mendongkrak kinerja pelaku bisnis alat berat seperti Trakindo.(Acha)