Setiap Pekan, SBY Bertemu investor Kakap

 
Setiap Pekan, SBY Bertemu Investor Kakap


» Presiden SBY kala bertemu dengan mantan Presiden AS Bill Clinton

Syahid Latif | Jum'at, 21 Oktober 2011, 16:15 WIB

VIVAnews – Krisis Eropa kian meluas dan merambah wilayah lain seperti Amerika Serikat, termasuk Indonesia. Kendati demikian, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono optimistis Indonesia menjadi alternatif investasi paska krisis mengguncang Eropa.

"Negara yang dulu menjadi sentra dan tumpuan ekonomi, kini berguguran dan kolaps akibat krisis yang dipicu negara di Eropa. Dunia seolah-olah mencari wilayah baru untuk investasi, di mana ekonominya tumbuh dan prospektif. Sebut saja misalnya India, Tiongkok, Brasil, Afrika Selatan, dan konon mulai disebut Indonesia. Saya tidak melebih-lebihkan. Silakan saudara baca sendiri, dunia mulai melihat Indonesia," kata Yudhoyono di Nusa Dua, Bali, Jumat 21 Oktober 2011.

Menurut SBY, keyakinan itu semakin bertambah, ketika banyak para pengusaha luar negeri yang menemui dirinya dan berharap bisa bekerja sama serta menanamkan modalnya di Indonesia.

"Hampir tiap minggu saya menerima kelompok usahawan besar pada tingkat dunia. Sebagian besar telah bekerja sama dengan kita, sebagian belum, baik datang langsung kepada saya maupun menteri terkait. Satu kata, mereka ingin bekerja sama dengan Indonesia dalam bentuk investasi," paparnya.

Untuk itu, SBY meminta semua kepala daerah agar bekerja sama dalam satu barisan guna menciptakan iklim investasi yang baik di masing-masing daerah. Hal itu menjadi penting sebagai langkah antisipasi terhadap kondisi dunia yang terus berubah-ubah.

Pemerintah, dia melanjutkan, tidak bisa memaksa mereka untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Yang bisa dilakukan adalah menjamin keamanan investasi dengan cara menyiapkan semua infrastruktur pendukungnya.

"Negeri ini makin tidak aman. Betapa tidak, tiga tahun yang lalu dunia mengalami krisis perekonomian. Indonesia adalah negara yang tidak bersalah dan tidak berdosa. Atas kejadian di AS dan Eropa itu, Indonesia kena dampaknya. Ibarat tsunami, episentrumnya di AS. Tapi, kita kena gelombangnya. Indonesia dinilai oleh pengamat adalah sedikit dari negara yang selamat, yang bisa mengatasi krisis global itu," ucap SBY.

"Itu tiga tahun lalu. Ketika kita baru menata kembali perekonomian, muncul lagi krisis itu. Pemicunya Eropa. Ekonomi kita baru tumbuh sebesar 6 persen. Itu tidak mudah. Tapi, kita kena dampaknya lagi. Mudah-mudahan, kali ini kita bisa mengatasinya," ujar Presiden. (Laporan: Bobby Andalan | Bali, art)



Anna Williams