SENIN, 13 JUNI | 22:46 WIB
Perusahaan Asing Akan Masuk ke Indonesia
SHUTTERSTOCK
JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah perusahaan asing akan berinvestasi di Indonesia. Oleh karena itu, pada tahun ini, mereka sedang menjajaki proses perizinan.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Gita Wirjawan, dalam daily press briefingWorld Economic Forum on East Asia (WEF EA) 2011, di Jakarta, Senin ( 13/6/2011 ).
"Kalau mau ngomong angka investasi contohnya yang dari Asia yakni Nissan, Daihatsu, dan Tata Motors yang berkecimpung di sektor otomotif. Masing-masing sudah ratusan juta dollar. Mereka ingin membangun pabrik di sektor otomotif saja," ungkap Gita.
Sementara perusahaan yang akan investasi di sektor infrastruktur, di antaranya GMR dari India yang akan mengeluarkan 5 miliar dollar AS untuk membangun bandara, pembangkit listrik, rel kereta api, dan lainnya.
Masih dalam investasi di sektor yang sama, ia menyebutkan, GVK akan berinvestasi sebesar 5 miliar dollar AS.
"Dari Korea, di sektor petrokimia, ada grup-grup Lotte, Hanwa, SK, dan beberapa grup lainnya. Masing-masing pemikiran sudah siap menginvestasikan 3-5 miliar dollar AS," tambahnya.
Ditambah lagi perusahaan-perusahaan dari AS, seperti PNG dan GE, yang berinvestasi di sektor manufaktur dengan mengeluarkan dana ratusan juta dollar AS.
"Lalu grup-grup atau perusahaan dari Eropa, seperti Unilever dan Nestle. Nestle kita sudah tahu sudah bangun pabrik Milo di Jawa Timur, itu 150-200 juta dollar AS," kata Gita.
CEO dari Nestle, lanjut Gita, juga telah menyebutkan akan kembali membangun satu pabrik lagi di Jawa Barat, yang nilainya mencapai 150-250 juta dollar AS. Hal ini dilakukan karena perusahaan pangan olahan ini belum mencukupi permintaan produk.
"Unilever juga sangat positif. Mereka sudah memperkerjakan 4.000 orang Indonesia di sini. Dan, pemikirannya bagaimana mereka bisa memperkerjakan 8.000-10.000 orang di Indonesia," tuturnya.
Coca-cola pun akan melakukan peningkatan investasi sebesar 4-5 kali lipat dari target semula di Indonesia. Sebab itu, Gita pun berkeyakinan ini akan terealisasi dalam jangka waktu hingga 4 tahun.
"Satu lagi, Edgar Group, mereka ingin membangun pembangkit listrik, dan juga rel kereta api. Tentu saja di atas investasi mereka di sumber daya alam, terutama batu bara dan biji besi, yaitu minimum 5 miliar dollar," sebutnya.
Gita pun berpendapat, sejumlah investasi ini akan dapat terealisasi. Pada tahun lalu, realisasi investasi sudah meningkat lebih dari 55 persen. Bahkan kuartal pertama tahun ini, sudah meningkat 27 persen, dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
C05-11
Sent from my mobile phone