SELASA, 17 MEI | 11:20 WIB

Meremajakan Cengkeh, Memupuk Harapan

Shutter Stock


KOMPAS.com — Tinggi badan Waluyo sekitar 158 cm, tampak kecil manakala berdiri di bawah pohon cengkeh miliknya di Desa Plamar, Kecamatan Jatiyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Tinggi pohon cengkeh lebih kurang 12 meter, besar dan rimbun, sangat kontras dengan tinggi pemiliknya.

Pohon itu bernomor pohon 9 (P9). Artinya, pohon induk nomor 9 dari 29 pohon cengkeh induk, yang sudah memperoleh sertifikat induk cengkeh sejak 2008 dari dinas pertanian dan perkebunan setempat.  

Pohon induk cengkeh ini usianya 33 tahun. Ada pohon lain usia 40 tahun. Pohon induk ditetapkan sebagai sumber pembibitan cengkeh. "Dari 29 pohon induk di desa ini, saya memiliki tiga pohon induk," ujar Waluyo, yang juga Ketua Koperasi Unit Desa Margo Mulyo, salah satu unit usaha pengembangan dan bisnis cengkeh, Sabtu (14/5/2011).

Syarat pohon cengkeh ditetapkan sebagai induk, kualitas cengkeh harus bagus, pohonnya sehat, usianya rata-rata di atas 33 hingga 50 tahun. Dari segi produksi, minimal pernah menghasilkan 133 kilogram cengkeh basah, malah ada yang bisa 200 kg sekali petik.

Pamor tanaman cengkeh di Karanganyar ini sedang naik daun. Pasalnya, pola tanaman cengkeh yang dikembangkan petani di Jatiyoso memperoleh penghargaan terbaik di Jateng tahun 2011. Dari segi produksi, tanaman cengkeh urutan kedua setelah sentra cengkeh di Banyumas.

Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, Tanaman Pangan, dan Kehutanan Karanganyar Siti Maesyaroch mengatakan, potensi cengkeh terbaik memang di Jatiyoso dan sekitarnya. Ada seluas 1.508,50 hektar tanaman cengkeh, 70 persen berada di Jatiyoso. Produk tertingginya mencapai 95,71 ton.  

"Produksi cengkeh masih kalah dengan Banyumas, tetapi kualitas cengkeh Karanganyar terbaik saat ini. Ketika banyak tanaman cengkeh di sejumlah kabupaten lain kena hama bakteri, tanaman cengkeh di Jatiyoso masih aman," ujar Siti Maesyaroch.

Memasuki kawasan sejumlah desa mulai batas Kecamatan Jatipurno dan Jatiyoso., hamparan tanaman cengkeh begitu rimbun. Cengkeh juga berfungsi sebagai tanaman konservasi lahan pegunungan. Sayang, setahun terakhir cuaca ekstrem menyebabkan tanaman sulit berbunga.

Petani cengkeh di Desa Tlobo, Sukamto, menuturkan, normalnya bulan Mei sudah berbuah sehingga pada Agustus petani bisa panen. Satu pohon cengkeh bisa menghasilkan 350 kilogram sampai 2 kuintal cengkeh, panen satu musim.

Dengan harga normal Rp 40.000 per kilogram, petani cengkeh memperoleh minimal Rp 40 juta sekali panen. Petani yang menjual cengkeh basah pun untung karena harga basah bisa Rp 12.500 per kilogram.

Menyadari keuntungan besar menanam cengkeh, tak heran petani menjadikan tanaman cengkeh tiang utama penghasilan keluarga setelah tanaman padi, jagung, dan ketela.

Saat cengkeh tidak berbuah, kata Waluyo, banyak kalangan merasa khawatir dengan masa depan cengkeh, termasuk pula pabrikan rokok. Apalagi di banyak daerah cengkeh terkena penyakit dan mati. Cengkeh tidak berbuah tidak hanya faktor iklim ekstrem, bisa juga kondisi pohon sudah tidak produktif.

Dari sekitar 70.000 pohon cengkeh di wilayah Kecamatan Jatiyoso, Jatipuro, Jumapolo, dan Jumantoro, sekitar 40 persen sudah waktunya diremajakan. Itu artinya, harus tersedia minimal 28.000 bibit cengkeh berkualitas.

Pohon cengkeh akan produktif sejak usia minimal enam tahun. Cengkeh muda itu bisa menghasilkan 20-50 kilogram cengkeh. Pohon akan berbuah banyak pada umur produktif 10-30 tahun, per pohon sekali petik bisa menghasilkan 350 kilogram. Begitu cengkeh tak produktif, panen pun hanya di bawah 50 persen buahnya.  

Tanaman cengkeh memasuki panen raya tidak tiga tahun sekali. Diperkirakan, panen raya akan terjadi tahun 2013. "Kami usul saat cengkeh tidak berbuah, segera melakukan peremajaan. Ganti pohon cengkeh yang tua dengan cengkeh muda dan berkualitas," ujar Waluyo.

Tak kurang 2.500 petani yang tersebar di empat kecamatan menyambut baik peremajaan pohon cengkeh di Jatiyoso dan sekitarnya. Jadilah, Sugeng, petani cengkeh yang punya Kelompok Ngudi Mulyo, ditunjuk sebagai penyedia bibit.

Sugeng mengatakan, pihaknya siap menyediakan bibit, saat ini sudah tersedia 15.000 bibit. Usia bibit baru 3-5 bulan dan akan siap dibagikan kepada petani secara gratis mulai awal September nanti.  

"Petani tanam dulu bibit. Ketika sudah tumbuh bagus, barulah pengurangan pohon cengkeh tidak produktif dimulai," ujar Sugeng.

Menyediakan bibit tidak sulit. Soalnya, induk cengkeh baik sudah tersedia. Tinggal menyemaikan benih cengkeh itu, setelah enam bulan siap dipindahkan ke lahan.

Untuk penyiapan bibit cengkeh yang jumlahnya ribuan itu, ada perusahaan swasta di Malang, Jawa Timur, yang membantu petani. Petani dibantu menyediakan paranet dan kantong plastik wadah bibit serta sarana pupuk. Bibit cengkeh paling cepat tumbuhnya di bawah paranet, jaring yang mampu mengurangi teriknya panas matahari.


WHO

Sent from my mobile phone

Popular Posts